Baroedax Panceg

Selasa, 01 Februari 2011

Pola Crop Circle Muncul di Sleman Jogja

nfo Kita – Waaaah, kali ini masyarakat di Indonesia digemparkan oleh sebuah pola aneh raksasa yang tiba-tiba muncul di areal persawahan Desa Rejosari, Sleman, Jogjakarta. Pola aneh yang mirip dengan logo Cakra Muladhara dalam ajaran Hindu. Beberapa warga setempat sempat mendengar suara gemuruh pada malam hari sebelum munculnya crop circle di Sleman itu.

Sebagian orang meyakini bahwa pola aneh di areal persawahan ini adalah jejak bahwa telah ada UFO (Unidentified Flying Object) yang mendarat di situ. Namun beberapa warga sekitar ada yang berpendapat bahwa ini disebabkan karena “Angin Winasis” mengukir pola itu yang berarti sebuah tanda dari Tuhan.

Hmm…. Apakah ini benar sebuah jejak UFO, sebagai peringatan bahwa kita tidak sendirian di Alam semesta ini? Ataukah ini sebuah fenomena yang terjadi secara alami? Ataukah hanya buatan para seniman Jogja yang iseng??? Silahkan menarik kesimpulan sendiri. :p [-kritz-]

Berikut saya sertakan kutipan artikel – artikel mengenai Munculnya Jejak UFO di Sleman, Jogjakarta ini. Hayyyuuuuk, kita simak aja bareng-bareng berita mengenai crop circle / jejak ufo di sleman ini sambil menyeruput secangkir kopi panas hehehehe….
Fenomena unik terjadi Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Minggu (23/1/2011). Padi ambruk di tengah sawah membentuk pola lingkaran yang sangat rapi. Seperti pola itu sengaja dibuat manusia. Istilah ilmiah untuk fenomena ini biasa disebut dengan istilah crop circles atau lingkar taman.

Menurut keterangan Basori (41), warga yang rumahnya berada di utara sawah itu, Sabtu (22/1/2011) malam sekitar pukul 22.30, dirinya mendengar suara gemuruh layaknya suara helikopter mendarat. “Suara itu terdengar sekitar 30 menit, tetapi saya tidak gubris suara itu. Saya pikir itu suara helikopter lewat,” tuturnya.

Hal itu diamini oleh Ayu Rukini (32), istri Basori. “Saya juga mendengar suara itu. Waktu itu saya dan suami sedang menonton televisi. Saya mengira tentara Angkatan Udara sedang latihan,” ujarnya.
Fenomena ini diketahui pertama kali oleh Yudi (20). “Sekitar pukul lima pagi tadi, saya berangkat kerja. Sewaktu melewati sawah ini, saya melihat padi-padi ambruk tapi membentuk pola yang rapi,” kata Yudi.

Yudi menyanggah keterangan Basori tentang suara gemuruh yang terdengar semalam. Yudi yang tadi malam nongkrong di depan rumah Basori sampai pukul tiga pagi tidak mendengar suara apa pun. “Bahkan semalam tidak ada hujan atau angin. Tahu-tahu tadi pagi sudah terbentuk pola ini (lingkaran) di tengah sawah,” ujar Yudi.

Fenomena ini dapat dilihat dengan jelas dari puncak bukit di utara sawah. Warga setempat menyebut bukit itu Gunung Suru. Puluhan warga menaiki Gunung Suru untuk melihatnya. Hujan turun dan jalan ke puncak bukit yang sangat licin tidak membuat surut antusiasme warga untuk melihat fenomena ini.

“Apakah ada UFO mendarat di sini? Saya tidak tahu pasti. Yang jelas ini adalah kebesaran Allah. Mungkin Allah memperingatkan manusia untuk menjaga alamnya,” kata Syamsul Bahri (37), warga Beloran, Madurejo, Prambanan, Sleman, yang datang untuk melihat dari puncak Gunung Suru.

Jauhari (34), warga Kebondalem, Madurejo, Prambanan, Sleman, yang rela jatuh bangun karena licinnya jalan menuju puncak Gunung Suru, berujar, “Ini seperti fenomena pendaratan UFO, yang sering dibahas di televisi. Tapi, saya tidak tahu apakah benar adanya. Hanya Allah yang tahu sebabnya.”
Lingkaran raksasa yang terbentuk di kawasan pertanian Jogotirto, Berbah, Sleman, menjadi topik perbincangan warga. Pada Senin (24/1/2011) dini hari, saat warga melakukan ronda malam, mereka beradu argumen mengenai fenomena tersebut. Di antaranya, warga menduga hal itu karena angin winasis.

“Angin lesus yang menyebabkan pola itu terbentuk,” kata Misran (44) berargumen. Ia mengisahkan, kemarin ia baru mengikuti sosialisasi pertanian dan muncul banyak wacana, termasuk soal pembentukan angin lesus.

Tak hanya berhenti di situ, Misran menguatkan argumentasinya dengan menyebut bahwa angin lesus itu merupakan tanda yang dikirimkan tuhan. “Para tetua desa menafsirkan kejadian itu karena angin lesus winasis,” ujarnya sambil menyeruput kopi.

Beberapa warga yang antusias mendengar analisis Misran semakin tertarik dengan cerita yang disampaikan, apalagi saat ia panjang lebar mengisahkan soal angin winasis itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar